Minggu, 12 Januari 2014

FF : The Rules Chapt 2 (Hunhan)


Title            : The Rules
Author        : Odult Thehun
Cast            : Hunhan 
Rate            : T to M
Genre          : Fantasy, BL, YAOI
Summary     : No Summary
A/N             : This is my first fanfiction. Jadi sori ye, kalo masih jelek, ancur bin brantakan, dan yang paling banyak adalah typo. Maklum mata saya akhir2 ini lagi sakit. 
Warning        : This is YAOI (Boy x Boy), so don't like don't read..
.
Chapter 2
Check This Out!
.
Flashback

“Kau pikir aku selemah itu?”, bentak Luhan tak mau kalah.
“A – aku hanya khawatir kepadamu. Aku takut kau –“
“Diperkosa oleh para bitch itu?”, tanya Luhan sinis untuk menyambung ucapan Sehun. Sehun mengangguk pelan.
            “Sudah terjadi.”, ucap Luhan menundukkan kepalanya.


End Of Flashback.

Normal POV


air matanya turun. Sehun membulatkan matanya. Apa yang dimaksud “sudah terjadi”? Apa Luhan memang sudah diperkosa oleh sekawanan ahjussi mesum itu?
Entah kenapa dada Sehun memanas sekarang. Hatinya sakit mendengar kakak kesayangannya telah disentuh oleh orang lain. Holly Shit! Manusia laknat seperti apa yang berani menumpahkan nodanya di atas kakak cantiknya ini? Ia bersumpah akan membunuh manusia najis itu. Rahangnya mengeras. Kemarahan Sehun sudah di puncak ubun – ubun saat ini. Ia mendorong Luhan hingga punggung kecilnya membentur tembok yang pastinya keras itu.
“Kau bilang sudah terjadi? Para bitch itu sudah menyentuhmu?”, bisik Sehun di telinga Luhan. Kedua lengan kokohnya telah mengunci pergerakan lelaki manis itu.
“N – Ne, mereka melakukannya.”, bisik Luhan hampir tanpa suara. Dan sialnya Sehun masih mendengarnya. Urat otot Sehun mengeras, ia benar – benar tersulut emosi sekarang.
“Shit!”, dengan gerakan cepat, Sehun membuka kancing bajunya hingga semua kancing itu terlepas. Ia belum melepas bajunya hanya kancingnya saja yang tak terpasang satu sama lain. Menampilkan dada dan otot perutnya.
“Apa yang akan kau lakukan?”, cicit Luhan ketakutan. Pasalnya, adiknya ini sangat menyeramkan saat ini. Wajahnya dipenuhi dengan keringat amarah. Otot – ototnya mengeras. Serta cengkeraman tangannya semakit kuat dan membuat Luhan meringis kesakitan.
“Aku harus.. membersihkanmu dari sentuhan ahjussi mesum itu.”, bisik Sehun seduktif di telinga Luhan. Perlahan ia mulai membuka satu per satu kancing baju Luhan. Luhan membulatkan matanya. Ini bukan Sehun, adiknya.
“Sehun hentikan!! Jangan lakukan Se-mmpphh!”, teriakan Luhan tercekat karena Sehun telah menempelkan bibirnya ke bibir mungil Luhan.
Sehun terus melumat bibir Luhan tanpa peduli raungan dan tangisan Luhan yang semakin terdengar. Lelaki manis itu sekuat tenaga berusaha melepaskan cengkeraman tangan Sehun darinya. Namun tidak berhasil. Apa daya adiknya ini jauh lebih kuat darinya. Ia menangis sejadi – jadinya.
Luhan tahu hati Sehun pasti sangat sakit saat mendengar kakaknya tidak suci lagi. Apalagi orang yang telah merenggut keperawanannya itu adalah seorang lelaki paruh baya mesum yang tak lain adalah tamu besar yang ditumpahi minuman oleh Luhan. Ia hanya tahu, Luhan bewajah bagus, maka ia harus mendapat seseorang yang berwajah bagus juga. Dan dia salah satu dari sekian orang berwajah bagus tersebut.
“Sehun, stop it!”, teriak Luhan karena adiknya ini semakin nekat meremas bagian bawahnya sementara bibir dan lidahnya menari – nari di bahu mulusnya.
“Sorry, but I’ve to do this.”, Sehun mendorong Luhan ke kasur.

Luhan P.O.V.
Aku merasakan sinar matahari menembus kelopak mataku. Ini menyilaukan. Perlahan kubuka mataku, namun aku tak sanggup karena tiba – tiba kepalaku sangat pusing. Aku mencoba menggerakkan tubuhku, namun rasa sakit menyerah bagian tubuh bawahku. Apa yang terjadi kepadaku. Aku mencoba menerka – nerka apa yang terjadi sebenarnya kepadaku.
Mataku spontan terbuka saat aku merasakan sebuah lengan hangat melingkar di pinggang rampingku. Aku memiringkan kepalaku. Saat itu juga aku langsung berhadapan dengan hidung mancung seorang lelaki. Dia adikku, Oh Sehun. Matanya terpejam, dia sangat tampan, pikirku.
Tunggu – tunggu! Tapi anehnya, kenapa dia tidak memakai sehelai benangpun? Perlahan memori tentang apa yang terjadi semalam terulang di otakku bagaikan potongan adegan film. Aku tersentak. Spontan aku terduduk dan menggigit jariku. Aku shock melihat keadaanku yang sama seperti Sehun.
“Xiao Lu, kau sudah bangun?”, sebuah suara berat mengagetkanku. Ternyata Sehun sudah bangun. Aku menatapnya dengan tidak percaya. Aku telanjang, dia juga, tubuh bawahku sakit, dan kenapa dadaku dipenuhi oleh bercak – bercak merah keunguan? Apa jangan – jangan kami sudah melakukannya?
“Apa yang kau lakukan padaku semalam?”, tanyaku gugup. Sehun pun duduk menyejajarkan posisinya denganku.
Kepalaku berdenyut. Aku mengingat kejadian semalam. Kejadian dimana aku menikmati setiap sentuhan Sehun di bagian tubuh sensitifku. Kejadian dimana aku meneriakkan dan mendesahkan nama lelaki di depanku ini. Kejadian dimana Sehun memasukki tubuhku.
“Mianhae, Lu. Jika kau ingin marah padaku, silahkan saja. Aku akan pergi saat ini juga. Tapi dengar, alasan aku melakukan itu semua tak lain karena…..”, tiba – tiba lidah Sehun merasa kelu saat ingin melanjutkan kalimatnya.
“Biarlah.. tak apa. Semua ini sudah terjadi, bukan?”, desis Luhan pelan. Sehun hanya terdiam seribu bahasa.
.
.
"Kau lihat, betapa cantiknya dia.", ucap sebuah suara berat yang diiringi gumaman suara lainnya.
Lelaki bersuara berat itu menoleh kepada seorang lelaki manis yang duduk bersimpuh di depannya lalu tersenyum penuh kemenangan.
"Bagaimana menurutmu?", tanya lelaki bertubuh tinggi pemilik suara berat itu.
"Dia harus menjadi milikmu.", sahut sang lelaki manis.
"Dia pasti jadi milikku.", ujar lelaki tinggi itu tersenyum puas.
.
. TBC

Makin gaje ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar