Title : The Rules
Author : Odult Thehun
Cast : Hunhan
Rate : T to M
Genre : Fantasy, BL, YAOI
Summary : No Summary
A/N : This is my first fanfiction. Jadi sori ye, kalo masih jelek, ancur bin brantakan, dan yang paling banyak adalah typo. Maklum mata saya akhir2 ini lagi sakit.
Warning : This is YAOI (Boy x Boy), so don't like don't read..
.
.
Chapter 2
.
Check This Out!
.
Flashback
“Kau
pikir aku selemah itu?”, bentak Luhan tak mau kalah.
“A – aku
hanya khawatir kepadamu. Aku takut kau –“
“Diperkosa
oleh para bitch itu?”, tanya Luhan sinis untuk menyambung ucapan Sehun. Sehun
mengangguk pelan.
“Sudah terjadi.”, ucap Luhan
menundukkan kepalanya.
End Of Flashback.
Normal POV
air
matanya turun. Sehun membulatkan matanya. Apa yang dimaksud “sudah terjadi”?
Apa Luhan memang sudah diperkosa oleh sekawanan ahjussi mesum itu?
Entah
kenapa dada Sehun memanas sekarang. Hatinya sakit mendengar kakak kesayangannya
telah disentuh oleh orang lain. Holly Shit! Manusia laknat seperti apa yang
berani menumpahkan nodanya di atas kakak cantiknya ini? Ia bersumpah akan
membunuh manusia najis itu. Rahangnya mengeras. Kemarahan Sehun sudah di puncak
ubun – ubun saat ini. Ia mendorong Luhan hingga punggung kecilnya membentur
tembok yang pastinya keras itu.
“Kau
bilang sudah terjadi? Para bitch itu sudah menyentuhmu?”, bisik Sehun di
telinga Luhan. Kedua lengan kokohnya telah mengunci pergerakan lelaki manis
itu.
“N – Ne,
mereka melakukannya.”, bisik Luhan hampir tanpa suara. Dan sialnya Sehun masih
mendengarnya. Urat otot Sehun mengeras, ia benar – benar tersulut emosi
sekarang.
“Shit!”,
dengan gerakan cepat, Sehun membuka kancing bajunya hingga semua kancing itu
terlepas. Ia belum melepas bajunya hanya kancingnya saja yang tak terpasang
satu sama lain. Menampilkan dada dan otot perutnya.
“Apa
yang akan kau lakukan?”, cicit Luhan ketakutan. Pasalnya, adiknya ini sangat
menyeramkan saat ini. Wajahnya dipenuhi dengan keringat amarah. Otot – ototnya
mengeras. Serta cengkeraman tangannya semakit kuat dan membuat Luhan meringis
kesakitan.
“Aku
harus.. membersihkanmu dari sentuhan ahjussi mesum itu.”, bisik Sehun seduktif
di telinga Luhan. Perlahan ia mulai membuka satu per satu kancing baju Luhan.
Luhan membulatkan matanya. Ini bukan Sehun, adiknya.
“Sehun
hentikan!! Jangan lakukan Se-mmpphh!”, teriakan Luhan tercekat karena Sehun
telah menempelkan bibirnya ke bibir mungil Luhan.
Sehun
terus melumat bibir Luhan tanpa peduli raungan dan tangisan Luhan yang semakin
terdengar. Lelaki manis itu sekuat tenaga berusaha melepaskan cengkeraman
tangan Sehun darinya. Namun tidak berhasil. Apa daya adiknya ini jauh lebih
kuat darinya. Ia menangis sejadi – jadinya.
Luhan
tahu hati Sehun pasti sangat sakit saat mendengar kakaknya tidak suci lagi.
Apalagi orang yang telah merenggut keperawanannya itu adalah seorang lelaki
paruh baya mesum yang tak lain adalah tamu besar yang ditumpahi minuman oleh
Luhan. Ia hanya tahu, Luhan bewajah bagus, maka ia harus mendapat seseorang
yang berwajah bagus juga. Dan dia salah satu dari sekian orang berwajah bagus
tersebut.
“Sehun,
stop it!”, teriak Luhan karena adiknya ini semakin nekat meremas bagian
bawahnya sementara bibir dan lidahnya menari – nari di bahu mulusnya.
“Sorry,
but I’ve to do this.”, Sehun mendorong Luhan ke kasur.
Luhan P.O.V.
Aku
merasakan sinar matahari menembus kelopak mataku. Ini menyilaukan. Perlahan
kubuka mataku, namun aku tak sanggup karena tiba – tiba kepalaku sangat pusing.
Aku mencoba menggerakkan tubuhku, namun rasa sakit menyerah bagian tubuh
bawahku. Apa yang terjadi kepadaku. Aku mencoba menerka – nerka apa yang
terjadi sebenarnya kepadaku.
Mataku
spontan terbuka saat aku merasakan sebuah lengan hangat melingkar di pinggang
rampingku. Aku memiringkan kepalaku. Saat itu juga aku langsung berhadapan
dengan hidung mancung seorang lelaki. Dia adikku, Oh Sehun. Matanya terpejam,
dia sangat tampan, pikirku.
Tunggu –
tunggu! Tapi anehnya, kenapa dia tidak memakai sehelai benangpun? Perlahan
memori tentang apa yang terjadi semalam terulang di otakku bagaikan potongan
adegan film. Aku tersentak. Spontan aku terduduk dan menggigit jariku. Aku
shock melihat keadaanku yang sama seperti Sehun.
“Xiao
Lu, kau sudah bangun?”, sebuah suara berat mengagetkanku. Ternyata Sehun sudah
bangun. Aku menatapnya dengan tidak percaya. Aku telanjang, dia juga, tubuh
bawahku sakit, dan kenapa dadaku dipenuhi oleh bercak – bercak merah keunguan?
Apa jangan – jangan kami sudah melakukannya?
“Apa
yang kau lakukan padaku semalam?”, tanyaku gugup. Sehun pun duduk menyejajarkan
posisinya denganku.
Kepalaku
berdenyut. Aku mengingat kejadian semalam. Kejadian dimana aku menikmati setiap
sentuhan Sehun di bagian tubuh sensitifku. Kejadian dimana aku meneriakkan dan
mendesahkan nama lelaki di depanku ini. Kejadian dimana Sehun memasukki
tubuhku.
“Mianhae,
Lu. Jika kau ingin marah padaku, silahkan saja. Aku akan pergi saat ini juga.
Tapi dengar, alasan aku melakukan itu semua tak lain karena…..”, tiba – tiba
lidah Sehun merasa kelu saat ingin melanjutkan kalimatnya.
“Biarlah..
tak apa. Semua ini sudah terjadi, bukan?”, desis Luhan pelan. Sehun hanya
terdiam seribu bahasa.
.
.
"Kau lihat, betapa cantiknya dia.", ucap sebuah suara berat yang diiringi gumaman suara lainnya.
Lelaki bersuara berat itu menoleh kepada seorang lelaki manis yang duduk bersimpuh di depannya lalu tersenyum penuh kemenangan.
"Bagaimana menurutmu?", tanya lelaki bertubuh tinggi pemilik suara berat itu.
"Dia harus menjadi milikmu.", sahut sang lelaki manis.
"Dia pasti jadi milikku.", ujar lelaki tinggi itu tersenyum puas.
.
. TBC
Makin gaje ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar